Lumpy Space Princess - Adventure Time

Sabtu, 04 Mei 2013

Ketika Umur Membuat Kita Buta

Posted by Unknown at 05.01

Ketika Umur Membuat Kita Buta

baca-alquran-di-said-naum_554_l

Saat itu semua murid duduk disebelah masjid, memegangi kitab suci disetiap sisi badan dan perlahan membukanya. Aku melihat dan mendengar guruku melantunkan sebuah ayat dengan indahnya, aku takjub beserta kagum seakan-akan aku akan diangkat ke surga, nyanyian itu menenangkan hatiku, tidak pernah kudengar sesuatu seindah ayat Al-Qur’an yang dilantunkan oleh seorang hafiz.
Guruku menerangkan, “Kalau kita berbuat baik kepada Allah S.W.T, maka ia akan mengangkat kita kesurga paling tinggi” Ia berhenti sejenak, menatap aku beserta murid-murid lain yang memeprhatikannya dengan saksama, “Ada yang mau masuk surga?” tanyanya, semua murid, termasuk aku, tunjuk tangan dan penuh semangat untuk melakukan hal-hal yang baik.
Aku juga ingat, ketika guruku bertanya sesuatu didepan kelas: “Apa yang kalian inginkan ketika kalian besar nanti”
Semua murid ditanyakan dan dengan jujur dan berani mereka menjawab. “Aku mau menjadi pilot!” jawab seorang murid laki-laki, “Aku mau jadi dokter!” “Aku mau jadi arsitek” “Aku mau jadi guru”, dan tiba giliranku, aku tersenyum malu, “Aku mau jadi dokter” kataku pelan, walau banyak orang yang menjawab sama.
Ketika itu juga, guruku mengadakan lomba kecil-kecilan ‘siapa cepat dia dapat’, jadi caranya guru kita akan memberi sebuah soal matematika dan murid yang paling cepat angkat tangan ia akan mendapatkan poin, dan yang mendapatkan poin tertinggi mendapatkan sebuah bintang. Tentunya seluruh murid ingin sekali mendapatkan bintang, walau hanya dibuat dari kertas biasa. Seluruhnya berusaha untuk mengangkat tangan paling cepat, aku juga begitu walau tidak menang.
Dan sekarang aku mengetik masa lalu yang hanya menjadi angin semata, ketika kita beranjak dewasa, kita terkadang lupa akan tuhan: banyak yang melakukan maksiat dan banyak yang tidak melakukan apa yang tuhan kita perintahkan. Apakah semakin dewasa berarti kita semakin bijak? Jika fenomena ini dapat dipatahkan dengan keadaan sekeliling, bagaimana dengan menjadi anak kecil? Mereka sangat ingin menggapai surga sedangkan orang dewasa sudah buta akan dunia dan isinya.






capek-belajar


Juga ketika aku duduk di bangku SMP, guruku menanyakan hal yang sama ketika aku SD: “Apa yang kalian ingin lakukan ketika kalian sudah besar?”, guruku menunjuk dari murid ke murid, kebanyakan mereka diam atau menggeleng-gelengkan kepala, mereka bilang mereka tidak tahu tujuan hidup. Sungguh aku terpana, jika tidak tahu tujuan hidup, apa yang mereka mau di masa depan? Hanya mengikuti arus saja tidak cukup, mempunyai titik pacu dari sekarang akan membuat kita lebih semangat dan membentuk cikal bakal orang sukses di lain hari. Bahkan orang yang menjawab akan ditertawai atau dicemoh habis-habisan, apakah mereka sadar mana yang benar mana yang tidak?


malu

Apakah tidak ingat ketika masih kecil, kita telah memilih tujuan hidup dan dari sekitar kita mendapatkan inspirasi untuk menjadi orang yang berguna bagi masyarakat? Atau hanya sekadar malu?
Juga pada kasus yang sama, ketika guru mengadakan lomba disekolah, yang lain sangat takut untuk maju, aku bingung, ada apa dengan masyarakat kita ketika dewasa? Dan kita, yang sudah berpijak pada umur lebih besar, dilanda dilema ‘malu’ dan ‘malas’.
Ketika kita disuruh maju kedepan, kita, orang dewasa malu, tetapi kita seorang anak kecil maju, ia akan mengambil tantangan itu.
Dari sini kita juga dapat melihat sebuah paradoks dari pikiran masyarakat: semakin tua semakin bijak. Belajarlah dari anak kecil, dan darisitulah beberapa sifat yang terpadamkan oleh umur dapat muncul lagi.

0 comments:

Posting Komentar

 

Desty Lilian Rosana Putri Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea