Lumpy Space Princess - Adventure Time

Sabtu, 05 Juli 2014

[Cerita] Jadilah Bulan tuk Merindu Bumi

Posted by Unknown at 03.00
Bismillaahirrahmaanirrahiiim.
Assalaamu’alaykum.wrh.wbr.
Kali ini aku mau mellow dikit, ah. Mau cerita, nih. ;) Sedikit tentang sebuah harapan. Sebuah penjelasan bahwa dalam hidup ini, tidak bisa kita hanya mengisinya dengan harapan saja. Tidak bisa hanya berkhayal, selalu bermimpi dan bermimpi. Setinggi bulan dan sebesar matahari. Tapi, pada akhirnya mimpi itu membawa kita tenggelam pada khayalan palsu yang memabukkan. Bahasaku agak sulit, ya. ^^’
Uhm. Mari kita perjelas. Kisah berikut ini isinya sebagian fiksi, sebagian non fiksi, sebagian argumentasi, dan tentunya sebagian kukutip langsung dari Alquranul Kariim, Maha Benar ALLAH dengan segala firman-NYA.
Suatu hari saat masih SMP, kita berangan menjadi pembaca puisi terkenal, tapi membayangkan diri ini menyanyi di depan kelas saja serasa sudah merontokkan seluruh badan. Bermimpi meraih juara umum, tapi waktu nonton bahkan lebih lama dari waktu belajar.
Di masa SMA, bermimpi mengikuti lomba Olimpiade Matematika tingkat Nasional. Uwh, cita-cita yang tinggi, mulailah kita mengumpulkan sekotak prestasi (kalau segudang kebanyakan) untuk meraih cita-cita itu. Tapi, usahanya masih kurang. Membeli satu buku pun rasanya beraaat sekali. Gimana  mau pinter?
Juga saat kita bermimpi mengikuti lomba English Debating di kancah internasional. Tapi bagaimana mungkin berani berkhayal hal itu akan terjadi padahal belajar ngomong saja tidak pernah? Terus saja berkhayal dan masih keep staying on the track. Merugi sekali kalau begitu.
Aku sendiri, saat kuingin menjadi penulis hebat dan sukses. Beraninya kubermimpi sementara aku tidak punya semangat untuk meraih itu. Lebih banyak takut gagal dibanding mengirimkan naskahku. Bermimpi dapat nilai A, tapi melamun lebih sering kulakukan daripada menghadap buku.
Kemudian saat beberapa waktu lalu kumengenal seseorang, terkagum-kagum dengan keluasan ilmu dan kemuliaan akhlak beliau. Dan ketika kuterbuai dalam harapan bahwa suatu saat nanti ada seorang ikhwan sebaik dan sehebat beliau datang mengetuk pintu hati ayahku, melamarku, menjadikanku istrinya, serta merta..
Aku terkaget!
Pantaskah kuberharap?
Tidak!
Ah, aku tak seindah itu untuk mengharapkan pangeran berkuda putih menyambut tanganku.
Dengan semua mimpi-mimpi itu (yang nyata atau tidak), aku akhirnya sadar. Bermimpi itu hanyalah untuk orang-orang bodoh dan gagal, jika tak diikuti usaha memperbaiki diri dan kiat memandang keadaan diri (baca: ngaca). Benar kata pepatah, bagai pungguk merindukan bulan.
Begitu pula halnya dengan saat kita bermimpi menjadi manusia tersukses di dunia, harus ada usaha yang kita lakukan untuk meraih itu. Saat kita bermimpi mendapatkan IP 4.00, harus ada waktu yang kita sisihkan untuk belajar.
Saat pingin dilamar pria berjanggut dan berwajah teduh, imam yang solih dan sabar, aku rasa alangkah pantasnya kita mengoreksi diri, pantaskah kita berharap begitu? Berharap meraih tempat setinggi 10 meter padahal tinggi kita semampai (semeter tidak sampai)?
SUBHANALLAH, baru pagi tadi aku mengalami sebuah kejadian, pukulan sangat telak menghujam hati kecilku. ALLAH telah menegurku. Sebuah teguran agar aku bercermin. Agar aku paham, jadilah putri untuk mengharapkan seorang pangeran, jadilah netbook untuk berteman dengan laptop. Dan jadilah Java untuk bersama dengan C++.
Analogi yang serta-merta aku sadari, saat kita berharap meraih tempat di salah satu deretan Jannah ALLAH. Tapi bila juz 30 saja tak hafal, bila solat sehari pas-pas 17 rakaat, lebih sering nonton bola daripada mengaji. Aku rasa tak pantas sekali rasanya berharap begitu.
Ah, kawan. Ntah kenapa aku menulis ini, tapi rasanya tak salah jika aku ingin berbagi. Agar tak hanya aku yang sadar, hidup ini tak seperti di negeri dongeng. Apa yang kita mau akan terjadi, apa yang kita pingin akan kita raih. Tidak, tidak begitu. Aku terenyuk mengingat kalimat yang kira-kira begini “Sesungguhnya ALLAH tidak akan mengubah nasib suatu kaum jika kaum itu tidak mengubah nasibnya sendiri.”
Kita boleh bermimpi, tapi pertama pandanglah diri ini. Bercerminlah. Pantas tidaknya kita, itulah yang seharusnya memompa semangat kita untuk memperbaiki diri hingga kita sampai pada posisi yang kita citakan. Kutulis ini untuk diriku sendiri, dan saudara seiman.
ALLAHUAKBAR.. ALLAHUAKBAR..
Ampuni hamba-MU ya ALLAH, hamba dan saudara-saudara hamba.
Aamiiiin.
“Ketika kamu dalam kesulitan dan kemalangan, ingatlah janji Allah, Sungguh, sesudah kesulitan itu ada kemudahan.sungguh, sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (Q.S. Alam Nasyrah : 6-9)
“… Demi pena dan apa yang dituliskannya.” (Al-Qalam : 1)
Semoga kita senantiasa berkaca dan memperbaiki diri. Semoga bermanfaat. ^^

0 comments:

Posting Komentar

 

Desty Lilian Rosana Putri Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea