Bismillaahirrahmaanirahiim.
Assalaamu’alaykum.wrh.wbr.
Alhamdulillah ada request dari temen. ^^ (Syukron ya, aku jadi semangat
lagi ^^) Beliau meminta aku cerita, tentang sebuah organ di tubuh
manusia. Sebuah organ yang tanpa kesehatannya manusia pemiliknya tak
bisa disebut ‘manusia sehat’.
Ya, hati. Sebuah hati.
Sesuatu yang orang anggap sebagai masalah klise. Yang dianggap sebagai
hal yang tak perlu diurus. Yang hanya jadi “pelengkap” tubuh manusia.
Yang sebenarnya tidak begitu, melainkan sungguh pentingnya posisi dan kendali hati pada diri seorang muslim. Aku juga bingung mau mulai dari mana (masih pemula ^^’), mungkin dari definisi hati, ya. Aku cari-cari sanad kayak gini :
“Ketahuilah bahwa dalam jasad ada segumpal daging, jika ia baik maka seluruh jasad menjadi baik, tetapi jika ia rusak maka seluruh jasad akan menjadi rusak, ketahuilah segumpal daging itu adalah hati”. (HR. Bukhari Muslim)
Ya,
begitulah cara Baginda Muhammad menggambarkan sebuah hati. ^^ Dalam
Kajian di kampusku, aku dengar ustadznya berkata, kira-kira begini “Jika
ALLAH ingin hati kita jatuh ke kiri, maka ke kiri lah ia akan jatuh.
Jika ALLAH ingin hati kita ke kanan, maka ke kanan pula lah ia akan
bersimpuh.”
Begitulah, saudaraku (mengingatkan diri sendiri), sebuah hati itu adalah penentu kemuliaan akhlak kita, ^^ juga penyebab kehinaan perilaku kita. Sebuah hati—yang normal—itu membuat kita menjaga semua aktivitas diri kita.
Saat seseorang gundah hatinya, ia akan bersimpuh pada ALLAH. Jika
seseorang sedih hatinya, ia akan menangis. Pun jika seseorang beku
hatinya, takkan pula ia bisa merasakan sedih atau bahagia, yang ia tahu
hanya “rasa yang semu”.
Saudaraku yang kucintai karena ALLAH.. :)
Sakit hatikah kau? Sedihkah hatimu sekarang? Bersyukurlah saudaraku, karena ALLAH masih memberimu hati yang sehat,
yang tahu rasa rapuh saat berjuang di jalan-NYA, yang tahu rasa
tersindir karena dianggap “aneh” saat menolong agama ALLAH. Yang tahu
rasanya ditimpa sakit dan kegagalan saat perjuangan tak pernah surut.
ALLAH sendiri yang berkata,
“Maka
apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati
yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan
itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang
buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada” (QS. Al Hajj : 46)
Ya, ya saudaraku, jika benar hati kita sehat, seharusnya segala gejala hati kita pernah mengalami. Dan bila hati ini buta, rasa sakit atau senang, semua itu tak ada. Manusia yang hatinya buta, tidak akan pernah melakukan sesuatu dengan hati, karena hatinya sudah “mislead”, sudah tidak bisa lagi digerakkan kecuali ALLAH yang melakukannya.
Bila orang bilang buku jendela dunia, maka MENURUTKU hati adalah jendela diri.
Jendela yang bila terbuka lebar semuanya akan masuk. Yang bila
tertutup rapat semut pun tak punya celah walau tuk menyelip. Tapi, bila dia diberi kisi,
menyaring apa yang perlu, membatasi apa yang tak boleh, dan menyambut
apa yang menghangatkan, maka akan menjadi sangat indah hati dan yang
dititipi hati (kita dititipkan hati oleh ALLAH).
Sebuah hati mencerminkan pola tingkah yang sesuai dengan arahan hati pemiliknya.
Orang yang hatinya baik, apa-apa yang ia lakukan akan baik.
Hati dan lidahnya akan terjaga. Hati yang baik membuat seseorang
senantiasa warak (berhati-hati) dalam setiap tindak tanduknya. Saat
hati senantiasa tertata, terpelihara, serta terawat dgn sebaik-baiknya,
pemiliknya akan senantiasa merasakan lapang dan tenteram, tak pernah
bermuram durja (bersedih terlalu lama). Kemana pun pergi dan dimana pun berada ia senantiasa mampu mengendalikan hatinya.
Hatinya
tertambat bukan kepada barang-barang yang fana, melainkan terpaut rindu
pada Zat Maha Pemberi Ketenteraman, ALLAH Azza wa Jalla. Ia yakin bahwa
hanya dengan mengingat dan merindukan ALLAH, dengan menyebut-nyebut nama-NYA tiap saat, hatinya akan tenteram.
Tantangan apapun dan seberat apapun akan diterima dan dihadapinya
dengan ikhlas. Hati yang terjaga akan menuntunnya menghadapi tiap
titihan ujian dengan sunggingan senyum dan kelapangan dada.
Jadi, orang
yang hatinya hanya tertambat pada manusia dan harta, hampir pasti
takkan pernah merasa tenang dalam hidupnya. Orang yang hatinya hanya
sibuk memikirkan dunia, mengejar kesempurnaan fana, hatinya akan sakit
parah dan lama-lama akan mati. Misal, nih, kalau kita hobinya sibuuuk aja mempertahankan pacar (ups, pacaran itu ga boleh,
ya? Dosa^^), hati terasa sakit, kan? Kalau kita sibuuuk aja mikirin
gimana caranya mengejar-ngejar orang yang belum tentu jadi jodoh kita
(PDKT ga syar’i jangan juga ^^v), malah pusing sendiri, kan? Mending
kita selalu mengingat dan merindu ALLAH, hati bakal sedamai pantai dan seindah kembang. Murabbiyah pertamaku pernah bilang, saat kita coba sedikit saja merayu ALLAH dengan berjalan, ALLAH akan mendekati kita dengan berlari! Subhanallah!
Pembaca seiman yang kucintai karena ALLAH..
Sifat yang sangat dianjurkan untuk sebuah hati yang baik adalah kerendahan hati dan rasa syukur, sifat tawadhu dan senantiasa bersyukur lah yang seharusnya menguasai diri seorang muslim. Sebagaimana ALLAH firmankan :
“Dan
hamba-hamba ALLAH Yang Maha Penyayang itu adalah orang-orang yang
berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil
menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.” (QS. Al Furqon : 63)
Juga saat Rasulullah bersabda, “Barang
siapa rendah hati kepada saudaranya semuslim maka ALLAH akan mengangkat
derajatnya, dan barang siapa mengangkat diri terhadapnya maka ALLAH
akan merendahkannya.” (HR. Ath-Thabrani)
Itulah sikap yang seharusnya orang berhati baik miliki dalam berjalan di muka bumi ini, rendah hati. Tak ada yang bisa kita banggakan, saudaraku. Tak ada. Semua yang baik itu datangnya dari ALLAH, kita sebenarnya hina bila ALLAH tak menolong kita. Hanya menjadi muslim lah kebanggaan kita, itu pun adalah juga karunia ALLAH, karena DIA memilih kita untuk menolong agama-NYA. (Alhamdulillah ^^) Orang-orang yang hatinya baik, takkan menggunakan nafsu (dan amarah) dalam bertindak, tidak ada gunanya kita pamerkan segala kebaikan kita. Orang menilai diri kita baik, itu karena ALLAH masih menutupi aib kita.
(Mengingatkan diri sendiri lagi ><) Sungguh, ketika kita
mengatakan diri kita baik, ALLAH akan segera menjatuhkan martabat kita.
Sebagaimana yang Nabi katakan itu. Jadi, yuk sama-sama kita berhenti memamerkan kelebihan ^^b (Mengingatkan diri sendiri juga)
Selain itu, sebuah syukur juga penting tuh, biar hati tenang. Percayalah saudaraku, apapun yang ALLAH kasih untuk kita, itu adalah nikmat.
^^ ALLAH kasih rezeki? Nikmat itu, kan? Coba deh bersyukur, ALLAH akan
tambahkan nikmat-NYA. ALLAH kasih sakit? Nikmat juga itu, ALLAH
menghapuskan dosa-dosa kita, kan? Seperti yang Rasulullah sabdakan, “Tidaklah
seorang muslim tertimpa suatu penyakit atau sejenisnya melainkan ALLAH
akan menggugurkan bersamanya dosa-dosanya, seperti pohon yang
menggugurkan daun-daunnya.” (HR. Bukhari) Nah, apalagi coba yang kurang? Sakit aja nikmat, toh? ;)
Berlanjut ke : klik
0 comments:
Posting Komentar