Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang yang telah menyemaikan kasih kepadaku dan kepada dua warna
spesial di cawan hatiku.
Sungguh tersemai kata sayang mengalir lewat jemari-jemariku. Biar kurangkai
kata yang berkeliaran di cawan hatiku, sebelum ia pergi tanpa kata. Kata yang
tulus tertuang dalam rasa. Seperti rasa yang masih membenkas dalam kebersamaan
kita di hari jum’at yang penuh berkah kemarin. Sehingga saling menatap
wajah-wajah teduh yang menentramkan jiwa. Jiwa yang merasakan manisnya anugerah
yang telah di berikan oleh Allah kepada penghuni BumiNya. Teduhnya hari ini,
ketika senyum manis tersemai penuh cinta dan belaian kasih sayang di bawah
pelupuk mata. Malu mengerling dalam cawan hati. Terbersit lewat kata “Saudara.”
Kata yang tak sekedar kata biasa namun bermakna dan berharga menghias
kehidupan.
Allah.. Sertakan asma-Nya di hela nafas.
“Maka nikmat mana lagi yang harus kudustakan?”
Ketika Allah telah memberikan dua saudara yang kulalui hari demi hari lewat
ukhwah bersama mereka. Bahagia dan bersyukurnya hariku ketika Allah telah
menakdirkan episode disisa hidupku.
“Ukhuwah ini mengalahkan indahnya pelangi. Tidak hanya mengajarkan pada kita
apa itu cinta. Bukan hanya memaksa kita untuk mengenal kata dewasa. Lebih dari
itu semua, dan ukhuwah ini telah membawa kita pada tempat berpijak kita saat
ini. Bukan tanpa alasan kita dipertemukan. Bukan tanpa maksud kita menangis
bersama, tertawa bersama, saling merindu dalam suasana syahdu…”
Sejenak ku menatap langit malam mencoba
menghadirkan wajah-wajah mereka di benakku. Wajah yang bak bintang-bintang
berkerlap kerlip dilangit memperindah bumiNya. Seindah ukhwah kita bersama
duhai saudara-saudaraku yang kutitipkan dan kukembalikan rasa sayangku
kepadaNya. Kalian berkerlap kerlip mengerlingkan mata, menyinari dunia dalam
hatiku, bahagia, tangis, sesak yang akhirnya berujung dalam dekapan kasih
sayang. Meski ku tahu, memang mempertahankannya lebih sulit daripada merawat
keindahan mawar tiga rupa.
Di bawah atap langit malam-Nya..
Ku tatap lukisan malam-Nya..
Ku berdiri di beranda hati..
Menatap mutiara di langit-Nya..
Berkelap-kelip..
Lalu..
Ku tatap mutiara yang satu ini..
Berpendar cinta..
Benakku pun berfikir brilian..
Menelisik dan lesat dalam lorong-lorong sayangku..
Menatap wajah sholehah saudaraku..
Duhai bidadari yang bersayapkan malaikat..
Allah.. Menghela nafas sambil kusertakan asma-Nya
lewat skenario takdir dalam dekapan manisnya ukhuwwah, lebih dari kata saudara
sesama muslim.
Tak terbayang dan tak kusadari kebersamaan kita sampai detik ini. Bila kuingat
sejenak perjumpaan pertama kita. Awalnya biasa saja. Tak ada yang spesial,
biasa, tanpa ada ikatan batin dari hati ke hati.
Allah.. Kusertakan asma akan nikmat dari-Nya.
Ketika tak ada perasaan khusus dariku untuk kalian meski satu atap Hamasah.
Semuanya tampak biasa kecuali senyum tulus yang kalian sunggingkan kepadaku,
jabatan erat tangan darimu, serta pelukan berkenalan sesama saudara sesama
muslim yang kudapatkan untuk pertama kalinya ketika ku melangkahkan kaki di
tempat yang berbeda di kala itu. Sehingga kalian ditakdirkan sebagai bagian
dari episode sisa hidupku.
Sejenak mari kita dengarkan nasyid Senandung Ukhwah lewat hati dan pemaknaan
dalam setiap kata. Allah.. Indahnya.. Ketika Senandung Ukhwah gambarkan
sebagian isi cawan hati.
Senandung Ukhuwwah
Diawal kita bersua
Mencoba untuk saling memahami
Keping-keping dihati
terajut dengan indah
Rasakan persaudaraan kita
Dan masa pun silih berganti
Ukhuwah dan amanah tertunaikan
Berpeluh suka dan duka
kita jalani semua
semata mata harapkan ridho-Nya
Sahabat tibalah masanya
Bersua pasti ada berpisah
Bila nanti kita jauh berpisah
Jadikan rhobitoh pengikatnya
jadikan doa ekspresi rindu
Semoga kita bersua disyurga
Lamat-lamat tapak sore itu ( 5 November 2011), ku
langkahkan kaki menuju Rabbku. Rabb yang mengirimkan bidadari bersayap dalm
hidupku. Sayap yang selalu mengepakkan kebaikan bagi sekitar penghuni bumi-Nya.
Awalnya semua terasa biasa, tiada ada makna yang mengisi rasa di cawan hati.
Cawan yang bergantungan dalam ikatan Doa-doa Robitho. Takdirlah yang menjawab
semua episode-episode lembaran hidupku. Kau bagai bidadari Surga yang menghias
di pelupuk mataku.
Dalam masa, ku mulai mengenal kalian. Satu persatu, Kuning dan Biru. Kuning,
wajahmu tampakkan ketewadhuan keimanan. Lewat diam kau simpan mutiara-mutiara
ibadahmu. Namun semua tersingkap tanpa jeda di kala ku melihat sendiri dengan
mata semangat dakwahmu. Semangat yang mengiringi panjang jilbabmu yang tergerai
indah, tunjukkan Syariat-Nya.
Lewat lantunan ayat-ayat-Nya, Kau senandungkan kalam-Nya dengan merdu. Semerdu
kicauan burung di waktu dhuha bertasbih kepada-Nya. Lewat cawan hati, kucoba
goreskan tulisan spesial tentangmu.
“Surat yang spesial dari warna yang spesial ..”
Lamat-lamat sore itu
Kulangkahkan kaki
Dibawah atap langit Jumat penuh berkah
Diiringi langit biru yang bersaudara
Dihempasan hembusan angin sore ba’da ashar-Nya…
Kulangkahkan kaki dengan basmalah…
Menyusuri jalanan tarbiyah yang tak berujung
Hingga ke syurga-Nya…
Lamat-lamat perjalanan
Kutemui pertemuan disudut ukhwah itu
Ada senyum.. salam.. jabat tangan
Dan peluk mesra…
Menyatu dalam dekapan cinta kasih sayang-Nya…
Duhai saudariku..
Senyummu mengawali lembaran cerita..
Cerita dalam ridho-Nya..
Petuah demi petuah selama ini..
Coba sejenak…
Mengingat kembali pertemuan pertama
Sore itu…
Ta’aruf (5 Oktober 2011)
Biasa…
Dan “Subhanallah”
Kebersamaan demi kebersamaan..
Perlahan-lahan menjadi “Luar biasa karena atas izin-Nya..”
Ukhuwwah Islamiyah
Yang berawal dari…
Ta’aruf
Tafahum
Ta’awun
Dan berujung pada tingkatan
Takaful
“Saudara…” (5 Juni 2012)
Saudariku…
Senyummu simpulkan kasih sayang karena-Nya
Jilbabmu yang tergerai indah
Tunjukkan indahnya syari’at-Nya
Tutur bicaramu goretkan berkas di sanubari jiwa
Tawamu tunjukkan nikmat kebersamaan
“Subhanallah…”
Catatan penamu mengajarkan
Untuk mengabarkan ilmu-Nya..
Perhatianmu mengajarkan ikatan persaudaraan
Kelembutanmu mengajarkan ketulusan
Senandung suara tilawahmu
Memercikkan aroma ketenangan didalam jiwa
Ajakan dan ajakanmu mengajak
Untuk membangun menara surga bersama
Dalam mahabbah ukhwah kita karena-Nya…
Salam sayang dan cintaku…
Teruntuk saudariku…hmm…
Semoga Allah memberkahi dan mengekalkan selalu
Kasih sayang tulus ini dari “hati..”
“Aamiiin…”
“Ana uhibbuki fillah
Semoga kita dipertemukan kembali
Dalam dekapan ukhuwwah yang lebih manis lagi…”
–Aamiiin–
Allah.. betapa manisnya ukhuwah yang telah tersemai
sampai detik ini. Ketika senyum bersimpul padu dalam kasih sayang tulus.
Sejenak, ku kumpulkan episode-episode manis dan pahitnya ukhwah. Tak terbilang
kata dan cerita. Ketika setiap episode “Lebih.” Terasa bahagia-Nya. Sungguh aku
menyukai suasana hati lewat ukhwah yang di awal terasa biasa. Sehingga perlahan
mulai bercahaya, berwarna memenuhi ruang hati, dan cerita indahnya ukhuwwah karena-Nya.
Salam Pertemuan
Salam ku hulurkan
Menghiasi pertemuan
Indah persahabatan
Moga terus berkekalan
Setulus keikhlasan ku mohon kemaafan
Keterlanjuran lalu usah lagi dikenang
Syuku syawal ini masih lagi kita ditemukan
Setahun yang berlalu
Tak ku dengar perkhabaran
Ku bimbangi diriku
Tidak dalam ingatan
Betapa ku rindukan saat persahabatan
Dan ku menghargai talian persaudaraan
Syukur atas nikmat pemberianmu tuhan
Kan ku kenang masa yang berlalu
Kan tetap bersemadi di hati
Terima kasih untuk semuanya
Tiap kesempatan yang kita lalui
Bersama…
Kawan yang ku kasih
Teman yang ku sayangi
Bahagia kini ku rasai
Ku damba kepadanya
Ku mohon restunya
Moga ukhuwah di rahmati
Dalam perjalanan meniti hidup
Adakala tersalah tersilap bahasa
Itu lumrah manusia
Aku hanya insan yang lemah
Tak mungkin telah berseri dosa
Peliharalah ikatan ini
Sebaiknya…
Agar ukhwah ini kehujungnya…
Mungkin ini tentang hati? Hati yang terikat dalam
bait-bait doa untuk saudari yang spesial di cawan hati. Terangkai nama dan
bait-bait doa kebaikan untuk saudari-saudariku. Sehingga para Malaikat dan
penghuni langit mengaminkan dan bahagia menyaksikan tiga warna yang saling
menyayangi dalam hati. Hati yang mungkin terikat lewat Doa Robitho? Mungkin dan
mungkin lagi. Tapi yang jelas itu semua adalah takdir dan rahmat dari-Nya. Yang
hanya di berikan kepada orang-orang tertentu, yang dapat merasakan makna apa
itu ukhuwwah. Makna lewat hati. Hati yang hanya di berikan oleh Allah kepada
hamba-hamba-Nya. Allah.. sertakan rasa syukur tak terhingga akan tautan hati
dari-Nya.
Atas nama cinta karena-Nya. Kau takdirkan episode manis ukhuwwah di Ramadhan
tahun lalu bersama saudari-saudariku. SubhanAllah.. manisnya. Walau jarak dan
waktu memisahkan antara sumatera dan jawa tak menghijabi kebersamaan kita.
Banyak nikmat manisnya iman lewat ukhuwwah yang menginggapi cawan hati.
Sehingga keluh untuk mengungkapkannya kembali lewat kata. Allah.. Betapa
manisnya ukhuwwah tersemai dibumi surga-Nya. Ramadhan yang penuh berkah,
menabur kebaikan, saling mengingatkan, berlomba-lomba dalam kebaikan. Allah..
Nikmatnya. Meski jarak memisahkan untuk sementara antara sumatera dan jawa
namun auranya menggelegarkan bumi dan langit-Nya. Ukhuwwah yang memecah hening
dan membelah langit malam-Nya. Meski lewat SMS atau telp tak mengurangi ingatan
saudarinya terhadap saudaranya. Meski wajahpun tak nampak di depan pelupuk
mata.
Ramadhan yang saling membangunkan sahur setiap malam lewat SMS atau sekedar
miscall tak mengurangi manisnya ukhuwwah. Berbagi cerita hari demi hari akan
aktivitas apa saja yang telah dilakukan hari ini. Ingat sekali ketika kita
saling bertanya.
“Sudah juz berapa hari ini tilawahnya?”
“Masak apa hari ini? Buka puasa apa hari ini?”
“Sudah hafal surat apa hari ini?”
“Ayo berangkat tarawih dan berbagi cerita akan suasana tarawih di tempat
masing-masing?”
“Menelpon berjam-jam, berbagi cerita.”
“Menyetor hafalan di telp?”
Allah..
“Target hafalan bareng surat apa?”
Allah..terasa kali nikmat ukhuwwah-Nya.
Dan yang paling berkesan pada Ramadhan tahun kemarin adalah ketika target
khatamku adalah dua kali selama Ramadhan yang tertunai dipenghujung doa khatam.
Dahsyat-Nya. Ingat sekali, seminggu sebelum berakhir Ramadhan saudariku
mengajak mengkhatamkan kembali untuk ketiga kalinya.
“Ha.., emang bisa?” Sentak hatiku bertanya-tanya. Bukankah seminggu lagi mau
lebaran, otomatis euforia menyambut hari kemenangan akan di iringi dengan
riuhnya kesibukan.
“Allah, emang bisa apa..?” Tanyaku kembali dengan rasa tak percaya.
“Bisa! InsyaAllah.. Ayo, SemangKA, Bisa!!” Jawab saudariku dengan membayangkan
senyum ta’dzimnya dari kejauhan jarak Sumatera dan Jawa.
“Baiklah, Bismillaah..” Jawabku dengan setengah percaya, akan tetapi
terselubung rasa yakin. InsyaAllah, tanamkan azzam yang kuat. Tidak ada kata
tidak mungkin, selama kita mau berusaha.
Target pun di kejar, bagai kendaraan buroq Rasulullaah yang melaju secepat
kilat. Mulai kuisi waktu ku dengan berduaan bersama Al-Qur’an. Bersegera
mendekati Al-Qur’an dengan tanggap, berjam-jam duduk, menggengam, dan menikmati
melantukkan kalam-Nya. Sampai suara pun perlahan hilang. SubhanAllaah.. di
tambah dengan saling memotivasi antar saudara.
“Tilawah yuk, hari ini mau berapa juz, kejar target, fokus.”
Semua atas izin-Nya. Ketika niat, usaha, ikhtiar, dan doa terhujam menghunus
bumi dengan sujud syukur karena-Nya.
Sayup Rindu
Menyelimuti kabut langit hatiku..
Rindu..
Merengkuh dalam lamunanku..
Tentangmu..
Rindu yang kian membuncah..
Lesat..
Berkeliaran di lorong-lorong pikiranku..
Rindu yang mungkin tak sebesar rindu para penghuni Syurga pada Rabb-Nya..
Tapi kini, biarkan.. kutitipkan rinduku pada angin siang yang berhembus
syahdu..
Berpayungkan ukhuwwah nan rindang..
Berharap berlabuh disandaran ukhuwwah yang di tanamkan oleh Rabbku di hati para
hamba-Nya yang saling menyayangi dalam dua ruh..
Menyatu dalam satu jasad..
Hingga berpendar dalam cahaya diatas cahaya-Nya..
#Tentangmu..
Catatan cawan hatiku di Lahat, Sumatera Selatan
03 Februari 2013
“Surat yang spesial dari warna yang spesial..”
Lukisan Taman Hatiku..
Taman ukhuwwahku..
Oase tempat berteduhnya hati
Ketika kepingan hati berserakan dalam ukhuwwah yang gersang..
Sebagai pengobat ruhani yang ringkih..
…
Taman hatiku..
Taman ukhuwwahku..
Tempat pagar ukhuwwahku..
Melingkar menghias hatiku dan hatimu..
Tempat oase berteduh cawan hatiku..
…
Taman hatiku..
Taman ukhuwwahku..
Tempat ribuan cahaya kunang-kunang menari-nari dihadapan mataku..
Dan matamu..
Berterbangan menerangi..
Hatiku..
Hatimu..
…
Taman hatiku..
Taman ukhuwwahku..
Merengkuh Dua Ruh dalam alunan belaian kasih sayang angin syahdu malam Nya..
…
Taman hatiku..
Taman ukhwwahku..
Tempat mutiara-mutiara langit berterbaran, menyedapkan mata beningku dan
dirimu..
Hingga mutiara-mutiara berkelap-kelip..
Mengerlingkan mata menyinari dunia dalam hatiku dan hatimu..
…
Taman hatiku..
Taman ukhuwwahku..
Tempat lampu lampion membentuk cahaya di hatiku dan hatimu..
…
Taman hatiku..
Taman ukhuwwahku..
Tempat pohon ukhuwwah nan rindang
Memayungi tempat dipan-dipan kita bercengkrama melukis cerita ukhuwwah
karena-Nya..
…
Taman hatiku..
Taman ukhuwwahku..
Tempat kita duduk bersenandung melantunkan ayat-ayat-Nya..
…
Taman hatiku..
Taman ukhuwwahku..
Tempat Para Malaikat menyeru kepada penghuni langit..
Lihatlah..
Penduduk bumi yang bisa saling menyayangi karena-Nya..
Indahnya..
Itulah sebagian manisnya Iman karena-Nya..
…
Taman hatiku..
Taman ukhuwwahku..
Tempat berpendarnya cahaya manisnya hatiku dan hatimu..
…
Taman hatiku..
Taman ukhuwwahku..
Tempat euforia
(Suka duka, sesak, tangis… dan berujung peluk sayang..)
…
Taman hatiku..
Taman ukhuwwahku..
Tempat rasa persaudaraan mengalir dalam darah kita berdua..
Jelas tanpa kata
Tesingkap lewat dua jiwa..
Jiwa yang menyatu
Ibarat satu jiwa dan saling bercengkrama..
…
Begitulah sebagian taman hatiku..
Taman ukhuwwahku..
Bagaimana dengan mu saudariku..?
“Aku adalah kau dan kau adalah aku kau..
kita adalah dua ruh yang menyatu dalam satu jasad..”
Catatan cawan hati
Untukmu SDH
1 April 2013
Allah.. Sejenak mengingat kebersamaan kita. biasa.. ya.. kok bisa?
“Ketika takdir Allah menjawabNya, maka tak ada hal yang harus dipertanyakan
lagi bukan??”
Allah..
Lewat hati kugoreskan cawan hatiku yang bersemaikan Kasih Sayang-Nya. Kutarik
nafasku lalu ku hembuskan dengan syahdu asma-Nya melalui pori-pori tubuhku.
Allah.. SubhanAllah betapa nikmatnya. Mengalir bagai air telaga kautsar.
Sungguh hatiku menyayangimu dalam hatiku. Rasa sayang dan kasih penuhi relung
hatiku. Ketika kata tertulis, gerak tubuh dan lisan gambarkan rasa sayangku da
mengaliri dengan aroma kesturi membelah hatiku ketika kusebut asma-Nya. Allah.
Betapa bersyukurnya diriku ketika limpahan kenikmatan lewat Arti Ukhuwah. Kau
tautkan hatiku dengan dua hati calon Bidadari yang mengisi cawan hati karenaMu.
Allah.. sejenak ku ingat awal pertemuan perdana sore itu. Pertemuan yang tak
terbayangkan sedekat dan saling mengasihi dengan tulus hati. Hadir lewat alunan
batin akan kasih sayangmu. Meski kita terlihat acuh dan sungkan namun terbersit
rasa dalam “Hati.” Bahwa kita harus mengakui dari satu hati ke hati untuk
mengatakan curahan hati..
“Ku menyayangimu karena Allah..”
Rasa sayangku tak bisa ku ungkap lebih seperti dalam langit-langit hatiku.
Sungguh, tak tau kenapa hatiku sayang padamu. Mungkin Allah yang telah
mempersatukan hatiku dan hatimu? Dan akupun tau, bahwa Kau menyayangiku lewat
perhatian, tulisan, lisan, dan rangkaian gerak tubuhmu.
Niat dan ketulusanmu menjadikanku saudarimu. Buatku berat untuk melepasmu
begitu saja, Ketika perhatianmu buatku tak tega mengacuhkanmu, Ketika caramu
menyayangiku kau tunjukkan lewat kesungguhanmu buatku ingin menjadi sandaranmu
di kala suka dan duka, ketika kesendirianmu buatku menjaga bahwa aku mempunyai
saudari sepertimu. Ketika kau kenalkan ku dengan keluarga kecilmu buat cawan
hatiku tergugah dengan penghargaanmu. Bahwa betapa bersyukur aku mengenalmu.
Tak perlu kau tanya, rasa sayangku sedalam rasa sayang yang ada dalam hatimu.
Bila kau tahu, akupun ingin selalu bersamamu di atap manisnya ukhwah
karena-Nya.
Catatan cawan hati ketika nama tempat di sebut, akan kah kita bersama atau
berpisah dalam kebersamaan merajut ukhwah? Wallahu a’lam.
“Senyuman yang tersirat di bibirmu
Menjadi ingatan setiap waktu
Tanda kemesraan bersimpul padu
Kenangku di dalam doamu
Semoga… Tuhan berkatimu..”
Allah.. banyak episode-episode ukhwah yang telah kulalui bersamamu. Sungguh
penuh warna-warni. Adakalanya kita bahagia sekali, tertawa, tersenyum, bersama.
Namun adakalanya pula kita menangis, sesak, menjauh, berdebah kata dan berujung
damai kembali.
Hmm.. tak terhitung nikmat bahagia dan pertengkaran demi pertengkaran yang
membikin soyak dalam hati. Allah.. hingga sesak menghantui dalam kenyenyakan
tidur, hingga akhirnya tumpah dalam linang air mata tanpa jeda. Tak pernah
berfikir bahwa setiap pertengkaran itu akan datang dengan cara menyesakkan
hati. Iya, pertengkaran yang tak hanya sekedar menguras dan memeras otak, tapi
juga memaksa untuk mencurahkan sederas-derasnya air dari bola mata yang selalu
berakhir dengan sembab yang mengembang. Lingkar mata menjadi sayu, cahaya mata
sirna, dan kelopak mengalami pembengkakan. Bisa dibayangkan bagaimana selanjutnya
tangisan dalam hati yang sudah lebih dahulu menjerit-jerit tanda akan
dahsyatnya tekanan.
“Karena saat ikatan melemah saat keakraban kita
merapuh, saat salam terasa menyakitkan, saat kebersamaan serasa siksaan, saat
pemberian bagai bara api, saat kebaikan justru melukai. Aku tahu, yang rombeng
bukan ukhuwah kita. Hanya Iman-iman ku yang sedang sakit, atau mengerdil,
mungkin dua-duanya, mungkin aku saja. Tentu terlebih sering imankulah yang
compang-camping” Salim Fillah dalam dekapan ukhwah
Ketika hati kita sedang rombeng, coba sejenak kita bermuhasabah dan bertanya
pada hati kita, sedang dimana hati kita sekarang berada? Sejenak mendengarkan
dan merasakan euforia hati bersama dendangan lagu nasyid :
Petuah Hati
Sandarkan lelah hari
Hilangkan duka kala
Kau terluka
Pedih hati
Tak selamanya indah
Kini mungkin akhirnya
Saat duka
Saat lara
Yang sudah berlalu biarkanlah sudah
Tak perlu sesali jangan kau tangisi
Jika asa dan bahagia tak kau rasa
Dengarkanlah dan rasakanlah
Kicau burung berdendang
Nyanyian alam
Riuh bersahutan
Betapa merdunya
Coba lihat dan renungkan
Langit garis tangannya
Hamparan samudra
Betapa indahnya
Percayalah
Kau dalam lindungan cinta
Maha segala Maha
Sayang Dalam Hati (SDH) ups… Yang senantiasa dilindungi Allah. Haruskah
kuberitahukan pada kalian betapa rasa cinta ini sudah sebegitu luar biasanya
menyelimuti. Nama-nama kalian sudah memiliki tempat khusus di bagian hati
paling dalam doaku, doamu, ya doa kita. Doa yang tersemai dan dapat dirasakan
oleh saudarinya lewat Hati. Hati yang dapat merasakan kehadiran dan kasih
saudaranya karenaNya. Ya, sering sekali, di antara kita terjadi kebersamaan
meski di tempat berbeda. Ketika baru saja mau SMS, eh udah keduluan SMSnya.
Ketika hati menangis, kaupun begitu. Ketika hati sesak, kaupun begitu. Ketika
bait-bait doa ukhwah tersemai dalam permintaan masing-masing untuk saudari yang
spesial di hati dengan menyebut namanya. Allah.. Sungguh betapa nikmatnya
ukhwah, ketika Ruh telah menyatu dalam satu raga. Semua terasa bersama meski
jarak tak bersama. Ini tentang ikatan batin dari-Nya. Allah.
Saudariku.. Teriring kata “Maaf Selalu..” Ketika kata berdebah menusuk jiwa
melumuri relung hatimu. Ketika sesak dalam hati menghujam merelungi seluruh
raga. Sakit, pelan menggerogoti pikiran serta tangis yang tak terbendung
membasahi pipih dengan lesatnya. “Maaf..” Bukan tanpa maksud kita menangis
bersama, tertawa bersama, saling merindu dalam suasana syahdu dan mengecap
manisnya kembali dalam dekapan kasih dariNya. Ketika hati mengalir sejuk,
sesejuk air telaga kautsar. Dan ketika harumnya, seharum kesturi mengharumi
hati-hati kita dalam cinta dan kasih ditaman hati. Taman ukhuwwah.
Petengkaran Kecil
Sobat rangkaian masa yang telah terlewat
Buat batinku menangis
Mungkin karena egoku mungkin karena egomu
Maaf aku buat begini maaf aku begini
Kasih dan perhatianmu dengan saudaranya, sungguh menggugah hatiku. Ketika
kebersamaan beratapkan langit ukhuwwah yang memayungi ukhuwwah kita dalam
genggaman kalam-Nya. Bersama, berdua, belajar mencintai kalam-Nya. Mengingatkan
dan berlomba-lomba dalam kebaikan, saling membangunkan di sepertiga malam kala
itu. Indahnya masa itu. Ketika kuingat episode-episode ukhuwwah kita di bulan
Ramadhan, disini, dan sekarang. Entah.. biarkan masa membawa masa ukhuwwah
kita. Sampai kapan akan berlabuh.
Jazakillaah saudariku.. SDH
Untuk sepotong ukhuwwah yang telah kau semai di episode hidupku.
Sungguh nikmat syukur yang tak terhingga kulantunkan ketika nikmatnya pernah
menghias dan menghampiri di sudut cawan hatiku. Ketika kuingat awalnya bermula
biasa hingga luar biasa. Semua skenario-Nya kita bersama dan terpisah.
Sejenak kubuka kembali memori dan lembaran-lembaran surat dan tulisan darimu.
Yang sesekali aku buka dan baca kembali. Ada tawa, senyum, dan mungkin juga
haru. Ketika mengenang masa itu.
Lewat ukhuwwah kita belajar berbagi dan saling mengasihi saudari kita. Saling
memberikan surprise kado tiba-tiba meski tak mesti di hari kelahiran. Memberi
coklat kepada saudarinya meski kecil atau satu namun maknanya sangat dalam.
Ketika kita dapat melihat betapa besar makna dari pemberian tersebut. Lewat
pertengkaran dalam ukhuwwah mengajari untuk ikhlas dan mencari cara
membahagiakannya kembali dengan memberikan buku dan bulpen.
Hmm.. “Teriknya jago juga ya?” Tanyaku dengan menyunggingkan senyum canda.
Kejutan demi kejutan dalam ukhuwwah tersemai lewat kasih dalam hati. Ketika
membuka kamar ada kado tanpa nama. Allah.. menghela nafas. Ketika pulang kuliah
melihat ada kresek makanan tergantung di depan pintu. Allah.. menghela nafas.
Semua tergerak atas takdir-Nya.
Sepotong demi sepotong tulisanmu yang masih kusimpan sekarang dan untuk masa
kedepan. Biaran itu menjadi nostalgia dikala kita bersama maupun terpisah.
Semoga kebaikan yang akan dikenang dan diceritakan suatu saat nanti.
“Untuk saudariku yang kusayangi, kalau anti ngambek, mungkin itu jalan Allah
yang berikan untuk menambah kekuatan dan rasa sayang pun arti sebuah
persahabatan persaudaraan.. Untuk saudariku.. saaaayang…”
Sepotong tulisan dari saudariku.. Hmm.. masih ingat gak ya? Tepat masa renggangnya
ukhuwwah kita. Hingga cara “Menulis..” itu dapat tertuang lewat cawan hati.
Episode ukhwah bersamamu 2011-2012-sekarang, ku kembalikan kepada-Nya.
Saudariku.. Ingin rasanya mengulang kembali masa-masa manisnya ukhuwwah kita
bersama. Ingatkah waktu itu?
Ketika pertengkaran kecil menyelimuti dalam hening datar kebersamaan kita
bertiga. Ketika pergi meninggalkan kita berdua di tempat suci itu, terlihat air
mata mengalir. Allah.. diam tak berkutik dan berkata melihatnya. Berlari
mengejar hingga berada di depan Post Satpam tepatnya di pinggir jalan sore hari
yang sebentar lagi memecah hadirnya malam lewat adzan magrib. Allah.. “Maaf…”
Siang itu, 5 Juli 2012 Cerita jalan kita bertiga di Bonbin.. Hm.. tempat dimana
satwa bercengkrama dengan sesama saudara-saudaranya seperti kita yang di
saksikannya dalam rajutan menggapai manisnya ukhwah. Gorilaz.. ya.. Hm.. tempat
dimana kita berdua merasakan manisnya Es di teriknya matahari yang berfijar di
bawah petala Yogyakarta-Nya. Duduk bertiga sambil sesekali menatap wajah-wajah
teduh kalian dihatiku. Lepas penuh kenangan manis ketika kata terucap. Ingat
sekali.. Hi..
“Kok Esnya gak manis ya..?” tanyaku sambi menatap wajah yang tak enggan berlari
melepasnya.
“Iya apa.. (Senyum) Perasaan sudah manis kok.. (bertanya dalam hati).”
“Oh iya ya.. sekarang sudah manis kok Esnya ..” Sambil tersenyum..
“Karena sudah menatap senyum manis..” Hm…:P
He.. Indahnya masa kebersamaan itu, ketika Hp pun dibawa kabur tanpa izin
hingga menginap di kamar tecinta. He.. “Afwan…” he..
Siang itu, 11 Juli 2012, ba’da Dzuhur. Pergi kita berdua dengan mengendarai
motor. Hm… ingat gak ya? Tuing-tuing..
Pertemuan dan
kebersamaan yang perlahan luruh di tempat itu lewat cerita Hati kita
masing-masing. Allah.. Kusertakan asma-Nya. Ini termasuk takdir-Nya kita
bersama dalam cerita yang sama. Cukup Allah Penggenggam episode cerita
kehidupan kita di dunia yang fatmorgana ini. Dunia yang banyak mengajariku, apa
itu arti kekuatan dan kesyukuran. Syukur akan semua takdir-Nya yang telah
tertulis. Ketika tinta titah telah mengering di Lauh Mahfudz. Syukuri.. Sungguh
Aku bersyukur terlahir didunia-Nya yang penuh pemaknaan.
Allah.. perhatian dan kasihmu hangat terasa di
relung jiwaku setelah kusertakan asmaNya memenuhi relung jiwaku. Banyak episode
indah memenuhi catatan yang tergantung di dinding hatiku. Apa saja ya? Terlalu
banyak kisah ukhuwwah yang indah. Mulai kucoba mengingat dan menghadirkannya
kembali di pikirku di pagi hari ini. Bismillah..
16 Mei 2012 Hmm. Dahsyat.. full dalam cawa tanda di hari kejutanmu. Mencoba
melihat kembali foto-foto saat itu. Allah..ketawa, senyum, ruah melimpah penuhi
hari di sore itu. Wajah yang penuh polesan kue.. aduh.
Lari, kabur.. masih aja kena. Hmm.. (Puas ya..) hehe tapi gak papa ikhlas kok.
Ketika semua lunas terbalas lewat canda tawa kalian. Bahagia sekali ku melihat
kebersamaan itu. Awal Indahnya. Awal yan mulai menemukan ikatan hati ke hati
untuk saudaranya. Awal yang mengajarkan betapa manisnya ukhuwwah lewat kasih
sayang yang tulus dari-Nya. Ini tentang hati. Hati yang di takdir dan
diturunkannya dihati para penghuni bumi, yang saling menyayangi karena-Nya.
Hadir tanpa skenario manusia melainkan murni karenaNya.
16 Februari 2013, Allah.. Spechlees, sebelum Dzuhur. Tiba-tiba tanpa
sepengetahuan dan tanpa suara kau hadir di tengah akan sholat. Diam. Kaget.
Hmmm… menghela nafas. ’afwan.. Akhirnya tak berkutik, mencoba menyungingkan
senyum keikhlasan..
Jazakillaah untuk kado spesial dari yang spesial di hatiku.. Hmm.. Banyak kali
bungkus kado ungunya yang terpisah satu-satu. Allah.. Jazakillah.. telah ingat
dan hadir di hari kelahiranku, meski ragaku tak ada saat itu.
Jazakillaah untuk Buku “Syarah Doa Rabithah, Saudaraku, kuhadirkan wajhmu dalam
Doaku..”
Bros “U”, bros ungu ditambah dengan jilbab ungu yang cantik menambah keserasian
gamisku. Berharap seserasi ukhuwwah yang kita semai dari hati ke hati lewat doa
Robitho seperti di buku itu.
Dua lembar surat, Hm.. Tulisan. Tulisan yang ternyata dipersiapkan dengan
indah.. -13 Feb 13- Allah.. Jazakillah telah meluangkan waktu lewat tulisan
untukku. Ini yang kusuka. Iya.. tulisan. karena lewat tulisan aku dapat
membacanya kembali dan kusimpan. Ingat kata “Ikatlah ilmu dengan tulisan..”
Tulisan yang terangkai tanpa jeda lewat cawan hati. Bukan kata buatan atau
rekaan. Namun tulisan yang mengalir tulus di cawan hati seseorang. Perlahan
kucoba kubuka dan kubaca.. sepotong suratnya :
“Bismillah..
Sejenak menghela nafas panjang.. sertakan asma-Nya bisa kian menjelajahi relung
hatiku dan hatimu..
Hm..
Indahnya tanggal 13 feb 13..
Indah sususnan angkanya..
Indah oula karena ku menantu putaran jarum jam yang akan berganti menuju
tanggal 14 feb..
Bukan menanti valentine day..
Tapi menunggu hari spesialmu yang bersamaan denagan hari gerakan menutup
aurat..( 14 feb memang sangat spesiaaal ni).”
“Barakallah fi ‘umrik ya…”
Allah.. Inilah nikmat sebagian Iman. Nikmat yang
melalui wasilah ukhuwwah. Dibalik nikmat bahagia, adakalanya air mata dalam
ukhwah terurai dalam sesaknya hati. Ketika hubungan dan kebersamaan sedikit tak
manis. Mungkin tentang hatiku yang rombeng. Ingat sekali, siang itu sebelum
adzan ashar memecah keheningan bumi-Nya. Ketika sesak dan air mata tumpah dalam
untaian kata tanpa jeda. Ketika hati tak lagi mersakan manisnya ukhwah. Ketika
pikiran tak lagi berada disana meski raga berada di situ. Akhirnya dua hati pun
berbicara dari hati ke hati. Ada apa ini? Sesak, sakit rasanya kala kebersamaan
berubah drastis menjadi onak dalam hati. Maaf… Hingga dua pipi basah dengan air
mata. Luruh dalam bicara dari hati ke hati. Bercerita, berbagi, untuk menemukan
titik cahaya. Iya..cahaya ketenangan hati dalam ukhuwwah karena-Nya. Belajar,
memperbaiki, menghadirkan, merajut kembali ukhuwwah yang sempat gersang dan
mengering di tanah lapangan yang kering kerontang. Allah.. Allahpun mengairinya
lewat air mata kasih yang masih terselip di ruang hati dengan kata “Sayang.”
Kata yang jujur masih menghujam tersembunyi dalam pelukan hangat kasih sayang
kita yang beratapkan cahaya kasihnya di kepala kita berdua.
Lukisan ukhwah kita penuh warna dan cerita. Spechlees.. Sore itu, ketika
mengeluarkan sesuatu yang berbungkus Ungu penuh dengan gambar Love. Gambarkan
cintamu padaku.. begitupun aku..
Allah..
“Apa ini?” Bertanya dengan nada berpikir.
Allah.. Kau ajarkan banyak sekali lewat saudari-saudariku. Apa itu ukhuwwah
itu.
Jazakillaah saudariku.. Untuk hari dan kisah di
hari itu, Ketika dua hati terpaut dalam desah nafasNya. Terima kasih untuk Buku
Pedoman Dauroh Al-Qur’annya. Yaa Rabb.. jadi teringat akan kebaikan dan
ketulusanmu mengajariku Tahsin tiap hari Rabu di waktu itu. Bertiga. Allah..
Kapan aku bisa? Pintar banyak Al-Qur’an dengan tahsin yang benar. Hmm menghela
nafas.. he.. MasyaAllah.. “Afwan.. terlalu banyak alasan, elakan, keluhan, dan
rentetan lainnya..” Hingga terkadang pertengkaran kecil membumbui pertemuan
itu. “Maaf..”
Nikmatnya ukhwah tersemai juga lewat heningnya malam kita berdua. Mencoba
menghidupkan malam dengan shalat dilantai tiga, beratapkan langit malam,
berlampukan kerlap-kerlip bintang, dan sentuhan halus semilir angin serta
lembut dimihrabNya. Memadukan hati kita di bumiNya. Berdua, bersujud, bersimpuh
dengan wajah hina. Mendengarkan lantunan penggugah dan penggetar hati.
Allah..Duduk mendengarkan bacaan dan hafalanku. Indahny.. hingga tak sadar
adzan shubuh hadir memecah kebersamaan kita dalam sambutan fajar-Nya.
Malam berlalu..
Tapi tak mampu kupejamkan mata dirundung Rindu kepada mereka yang wajahnya
mengingatkanku akan SurgaMu..
Wahai Fajar..
Terbitlah segera..
Agar sampai ku katakan padamereka..
“Aku mencintai kalian karena Allah..” Umar bin khattab..
Ini tentangmu.. yang banyak goreskan kisah dicawan hatiku. Ingat sekali, waktu
sore itu pertengkaran kecil kita yang akhirnya melibatkan.. Allah.. Hingga air
matapun jatuh melihat kita bertengkar. Ba’da Isya, Aku ingat sekali setelah
itu. Masuk kamar dan meninggalkan jejak tanpa kata. Apa itu? “Coklat..” Hmmm…
Senyum, spechlees.. Allah yang Maha Tahu Isi Hatiku.
Yogya, 10 Juni 2012. Kotak kecil yang bergambar dua angsa. Allah.. Ku coba
mengartikannya dengan Dua manusia yang bersama dalam rajutan ukhwah karenaNya.
Hmm.. seperti ukhwah kita. Kotak berbungkus kasih itu, biar kupajang di atas
rak buku kamarku. Utuh dengan selembar Surat cawan hatimu.. Allah.. sesekali
terkadang kubuka dan kubaca kembali. Dan sejenak hanyut dalam kenangan ddemi
kenangan ukhwah senang dan tangis. Jam Ungunya jazakillaah.. Suka..
Sepotong Isi suratmu.. yang mengutip dari Sayyidina Quthb :
“Bila hidup hanya untuk diri sendiri, maka ia akan terasa sangat singkat dan
tanpa makna.
Akan tetapi, Bila hidup kita persembahkan untuk orang lain. Maka ia akan
terasa, panjang, dalam, dan penuh makna.”
Tukar kado. Pulang kuliah sebelum magrib, lelah rasanya aktivitas seharian.
Mencoba membuka pintu kamar dengan rasa lelah yang memenuhi raut muka.
Spechless.. Ada kresek putih. Rasanya ini bukan benda milikku. Diam, menerka,
punya siapa ya? Pikirku berkeliaran mencari dari siapa ini. Hmm.. sepertinya..
Kresek yang berisikan bantal boneka yang menemani tidurku. “Allah.. apa lagi
ini?” garuk-garuk kepala.
Silaturahmi kerumahmu. Ajakan yang menghampiri di telingaku. Allah..betapa baik
niatmu menjadikan ku bagian dari saudaramu. Meski aku tahu, aku bukan malaikat
yang bersayap di bumiNya. Banyak luka yang telah kugores di cawan hatimu. Aku
bukanlah saudari yang baik, yang bisa benar-benar menyemai ukhwah karena-Nya.
Namun aku bersyukur, lewat itu semua aku dapat belajar, berfikir, diam, dan
mengambil pelajaran akan apa yang aku lakukan. Kau perkenalkan aku dengan Ibu
mu dan keluargamu. Pertemuan yang masih membias di hati Ibumu lewat sapa di
SMS. Allah.. Terkadang aku bertanya dalam hati.. “Mana mungkin kau melepaskan
saudara yang sudah menyemai kebaikan dan ketulusan di hatimu?”
27 Oktober 2012. Sejenak aku teringat tempat itu. Pantai.. Iya pantai.. Tempat
dimana kau membawaku kesana tanpa memberi tahu mau kemana.. Hmm.. Bertanya mau
kemana? Tanpa jawaban. Baiklah, mengikuti tanpa jawaban mau kemana kita pergi.
Jazakillah ya.. biarkan tempat itu, menjadi saksi bisu ukwah kita di masa
lalu.Serta sawah itu, tempat dimana sore itu kita duduk berdua di pingir jalan
sawah yang kecil. Berceita sambil menatap siluet senja di sore itu. Allah.. ada
sensasi beda..
Oya… jazakillaah video tentang wabiru kemarin.. Syukur, senyum, dan haru ketika
ku ingat masa itu. Kan kusimpan video itu, sekarang, esok untuk dikenang
dikala..
Allah.. kok bisa sampai begini? Allahlah yang menakdirkan-Nya.
Saudariku.. Syukur dan bahagiaku ketika aku bisa menjadi bagian saudari
perempuan. Semoga aku bisa menghias jejak manis di hatimu, meski kusadari
banyak sekali pertengkaran kecil selama ini mengaliri ukhuwwah kita. Entah..
samapi kapan rasa manisnya, kebersamaan ini memenuhi ruang hati? Jalani.Biar
Allah yang menjadi produser dari semua peran kita masing-masing.
Saudari spesial di hari spesialku. Hari ingatan saudara akan ma’rifah terhadap
saudarinya. Meski tak ada perayaan di dalam Islam. Namun digantikan dengan niat
karenaNya untuk membahagiakan saudari kita. Apa salahnya..
Mungkin dengan saling berbagi kado, tanda kasih dan pemanis ingatan ukhwah yang
berati dalam episode kehidupannya. Bukankah Allah mengatakan saling berbagilah
kalian, niscaya kalian akan saling mengasihi. Pemberian dan perhatian sekecil
apapun akan terasa Dahsyat manakala itu berlandaskan ikhlas karena-Nya.
Jazakillaah.. pemberian kasihnya buku dan dua bulpen berwarna kuning dan biru.
Semua itu kugunakan untuk menggoreskan cawan hatiku. Ada tentangku, tentangmu,
tentang kita dalam rangkaian kata yang tersusun rapi lembar demi lembar. Biar
kutulis dan kuniatkan karenaNya. Biar nanti setiap tulisan itu menjadi kenangan
ketika jasad tak ada di bumiNya lagi. Ketika cawan hati tak dapat tersemai
lewat jemari-jemari dan ingatan saudari kepada saudaranya. Semoga menjadi
cerita kebaikan dan bermanfaat bagi orang lain.
Saudariku.. Biarkan tempat-tempat yang pernah menjadi manis dan pahitnya
ukhuwwah kita, menjadi saksi dan kenangan di memori kita kala duka atau
berpisah kelak menyatu dalam bait-bait doa. Jazakillah teruntuk dua warna
spesial di hatiku..Sebelum ku akhiri goresan cawan hatiku. Ku ambil Sepotong
suratmu :
“Semoga dalam do’aku ada namamu selalu…
Dan dalam do’amu ada namaku selalu…
Tapi yakinlah… jalinan tali ukhuwah sudah terlanjur ada..
Hawa tanggal (5 Oktober 2011) adalah saksinya,
Tanggal (5 Juni 2012) sebagai penguatnya…
Kita siram kembali… jika pohon ukhuwah tampak kering…
Kita semaikan lagi…
Semoga karena ukhuwah Allah izinkan kita dalam syurga yang sama…”
Aamiin
Kusertakan syukur akan goresan cawan hati di sore, semalam dan pagi yang penuh
memori tentang kita dengan senandung nasyid Doa Robitho. Sejenak dengarkan dan
rasakan senandungnya lewat hati dan kuhadirkan wajah-wajah saudariku..
Doa Robitho
Sesungguhnya Engkau tahu
bahwa hati ini telah berpadu
berhimpun dalam naungan cintaMu
bertemu dalam ketaatan
bersatu dalam perjuangan
menegakkan syariat dalam kehidupan
Kuatkanlah ikatannya
kekalkanlah cintanya
tunjukilah jalan-jalannya
terangilah dengan cahayamu
yang tiada pernah padam
Ya Rabbi bimbinglah kami
Lapangkanlah dada kami
dengan karunia iman
dan indahnya tawakal padaMu
hidupkan dengan ma’rifatMu
matikan dalam syahid di jalan Mu
Engkaulah pelindung dan pembela
Alhamdulillah hamdan katsiran thayyiban mubarakatan
fih. Kuakhiri cawan hati di pagi hari ini dengan senyum dan helaan nafas
panjang. Menjelajahi cawan hati kita bertiga di atas cahaya-Nya.
“Aku tidak dapat di rangkul oleh langit dan bumi, tetapi dapat dirangkul oleh
hati hamba-hamba-Ku yang beriman.”
“Ya Allah, Engkau lebih tahu daripada aku tentang diriku dan saya lebih tahu
tentang diriku daripada mereka. Ya Allah jadikanlah aku lebih baik daripada apa
yang mereka sangka dan ampunilah (dosa-dosa) ku yang mereka yang tidak tahu dan
janganlah Engkau menghukumku karena perkataan mereka.”
(Doa Abubakar as-Shiddiq apabila mendengar pujian orang terhadapnya)
Salam Cawan Hati